Kenapa yang ku tulis ku hapus dan ku hapus lagi? sebelum kata-kata ini jadi yang seperti pembaca lihat, sudah puluhan kata sebelunya yang ku hapus. Yang pasti karena kata-kata itu tidak pantas untuk dibaca. Kata-kata itu berisi tentang keraguan dan su'uddhon ku kepada taqdir Allah. Ketegaranku untuk mempertahankan iman itu telah diuji dalam bingkai yang disebut su'udhon. Trus Aku ingat lagi tentang ayat ini: ”Apakah mereka mengira tidak akan datang ujian kepada mereka setelah mereka mengatakan ‘saya telah beriman’.” Trus aku ingat ayat ini Bersama kesulitan, ada kemudahan. Dan bersama kesulitan ada kemudahan.” Keraguan ku bermuala ketika ku berdo'a agar keinginanku dikabulkan, sementara disisi lain perasangkaku memastikan dulu bahwa itu tidak akan dikabulkan. Bahkan sempat ku punya pikiran pasti Allah tidak akan mengabulkan perminta'an yang satu ini. buktinya dari dulu aku berdo'a yang sama tidak juga dikabulkan. Kemudian ku ingat ayat ini; Boleh jadi engkau