Alunan murotal bergema di telinga
Ust. Nu’man. Gelombang yang merambat melaui
udara itu dipantulkan melalui dinding-dinding telinganya. Gelombang
longitudinal itu seakan telah beresonansi dengan hatinya. Energi bunyi itu telah dikonversi ke dalam energi listrik
dan merambat melalui otak dengan neuron yang kecepatannya setara dengan cahaya.
Sejenak kelopak mata melirik ayat-ayat dalam laptop yang menayangkan ke
ajaiaban alam dan teksnya. Sesekali Bibirnya berkecap-kecap menirukan ayat-ayat
itu. Sekali-kali ia minimize dan melanjutkan menulis soal yang akan diujikan
minggu depan kepada siswanya.
ß`»oH÷q§9$# ÇÊÈ zN¯=tæ tb#uäöà)ø9$# ÇËÈ Yn=y{ z`»|¡SM}$# ÇÌÈ çmyJ¯=tã tb$ut6ø9$# ÇÍÈ ß§ôJ¤±9$# ãyJs)ø9$#ur 5b$t7ó¡çt¿2 ÇÎÈ الخ…
1. (tuhan) yang Maha pemurah, 2.yang
telah mengajarkan Al Quran.3. Dia menciptakan manusia.4. mengajarnya pandai
berbicara. 5. matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan…
Muhammad Nu’man atau Ust. Nu’man murid-murid memanggilnya. Dia adalah
seorang guru fisika di Madrasah Tsanawiya (Sederajad dengan SMP). Di daerah
Gresik. Dia baru saja lulus S2 pendidikan Sains Universitas Negeri di Surabaya.
Dia memang telah lama mengajar di sekolah ini. Sekolah yang pernah membesarkannya.
Sekolah ini adalah sekolah asalnya dulu. Dia ingin menjadi dosen. Bulan Januari memang bukan bulan penerimaan dosen baru.
Sehingga yang dia lakukan hanya mengajar tiga hari. Hari Sabtu, Minggu, dan
Senin. Sedangkan libur bukan hari Minggu tetapi hari Jumat. Setelah
itu dia banyak menulis dan hanya mondar mandir di Gresik Surabaya untuk mengisi
waktu . Sementara di Surabaya dia memberikan privat fisika.
Pagi yang sejuk. Memang tidak sesejuk ketika di pegunugan. Tetapi Termometer alkohol berwarna merah yang tergantung di dinding dekat mejanya
menunjukkan angka 250C. Embun-embun pagi itu sangat kelihatan. Daun
hijau nampak segar sepeti baru saja mandi. Gaya kohesi dan adesi pada air dan
daun nampak indah. Meniskus cembung air menempel dedaunan di taman sekolah.
Memang perubahan wujud dari gas menjadi cair
itu membuat jendela kantor guru menjadi basah.
Pukul 06.00 WIB Ust. Nu’man telah sampai di kantor sekolah. Dengan
sepeda buntut merek Supra x tahun 2002. Dia memarkir sepeda buntut dengan suara
yang sudah tidak karuan frekuensinya. Tidak ada seorangpun guru yang datang.
Nampak sepi, hanya beberapa kicauan burung-burung geraja kecil diantara
didin-dinding sekolah. Memasuki kantor guru yang seakan ruangan kena gempa 6,8
skala rikter. Berantakan tak karuan. Tumpukan buku-buku dan kertas-kertas yang
tak berdaya ditindih oleh beratnya buku-buku paket sekitar 6 N.
Meski demikian, dia tetap harus beres-beres mejanya dan
menyapu beberapa lantai persegi yang tebuat dari porselen yang juga tidak
begitu kinclong seperti cermin gelap yang akan memantulkan pemantulan difus.
Seperti biasa dia menyiapkan semua peralatan untuk mengajar. Kebetulan hari ini dia mengajarkan Materi Hukum
Newton. Mulai dari Neraca Pegas, beban, neraca Ohouse serta Lembar Kerja Siswa
(LKS) tidak ketinggalan PPT dan animasi film sudah berada pada file Laptopnya.
Dia orangnya disiplin. Dia mengusahakan mengajar sesuai dengan skenario. Akibat kedisiplinan dan cara mengajar yang
seolah menjadi teman yang mengasikkan bagi siswa membuat banyak siswa cewek dan cowok yang deket
dengan Ust. Nu’man.
(06.30 WIB) Tet..tet… Jam pelajaran pertama dimualai. Bunyi bel
elektronik itu otomatis layaknya stasion kereta api. Siswa Aliah berpakaian
putih yang duduk-duduk sekarang bertaburan lari masuk kelas. Pemandangan ini seperti kumpulan burung dara bertaburan ketika ada orang yang lewat dan memasuki kadang. Pak Nu’man
pun akhirnya bergegas menuju kelas VIII B. Di tengah perjalanan ada seorang
siswa perempuan yang menghadang dan berkata kepadanya.
“Ust. Boleh saya bilang sesuatu?”
“Boleh” kata Ust. Nu’man.
“Aku suka Ust.” Bilang siswi yang di kerudungnya ada namanya (Nabila
Ayu) tanpa malu-malu. Dia adalah
seorang cewek centil, suka menggoda. Termasuk kepada guru-guru muda.
Sontak kata-kata itu mengagetkan Ust. Nu’man “Nabila kamu masih kelas
VIII, tugas kamu sekarang belajar. Bukan saya menolak, kamu cantik. Tetapi kamu
masih murid saya. Kamu juga masih terlalu kecil bagi saya. Selama kamu masih siswa, kamu dan saya adalah
siswa dan guru. Nabila, Belajar yang rajin ya!” Nasihat Ust. Nu’man.
“Iya, Ust.” Bilang Nabila dengan nada kecewa.
Di kelas dengan cat Hijau, papan hitam dan putih menggambarkan perbedaan. Siswa-siswa
namak duduk rapi berjajar seperti barisan tentara. Sesekali ada yang batuk. Ada
juga yang berbisik-bisik dengan teman sebangkunya. Kemudian Ust. Nu’man
mengucapkan salam.
“Assalamu’alaikum. Anak-anak
mari kita berdo’a sebelum memulai pelajaran.” Ajak ustad Nu’man kepada
Anak-anak.
Dia menerangkan Tetang Hukum II Newton yang syarat dengan agama.
Anak-anak sekalian yang dicintai Allah. Bagimana bisa sebuah truk besar
bermuatan syarat akan dapat dipercepat? Begitu juga manusia, bagaimana bisa
manusia banyak dosa akan dapat hidup dalam kemajuan yang dipercepat oleh
Allah?Misal ada dua benda diberi gaya yang sama tetapi yang satu massanya besar
dan yang satu massanya kecil maka tentu benda yang bermassa kecillah yang akan
mengalami percepatan yang besar. Begitu juga manusia jika ingin dipercepat
hidupnya sedikitkan dosa dengan cara sering-sering ber istihgfar.
Media yang dibawakan juga tidak kalah menarik dengan ilustrasi di atas.
Terutama ketika mempertunukkan tentang film gaya gravitasi Newton. Sir Isac
Newton adalah Ilmuan cerdas. Dia bukan dari orang Muslim. Ilmunya membuat kita
belajar. Jangan salah kalau Sir Isac Newton dapat hidayah pasti dia masuk
Islam, akan tetapi itu belum terjadi padanya. Saya yakin diantara kalaian pasti
nanti ada yang menjadi Ilmuan yang akan membuat banyak manfaat untuk Umat
Manusia.
Begitulah Ust. Nu’man mengajarkan
tentang ilmu alam dan Agama. Ilmu agama dan Ilmu pengetahuan dua sejoli yang
sedang bermesraan dan berhubungan intim. Mereka sebenarnya adalah satu yang
dijadikan dua oleh manusia. Mereka saling mendukung karena Allahlah yang
menciptakan Alam. Dan Alam adalah bukti kebesaran Allah.
Kelas demi kelas telah dia singgai. Mengamalkan ilmu sungguh mulia,
apalagi ilmu agama. Kalau ilmu hanya untuk kepentingan dunia bisa, kalau ilmu
hanya untuk kepentingan akhirat bisa.
Kalau ilmu digunakan untuk kepentingan dunia dan akirat, juga bisa. Lalu
mengapa tidak yang terahir saja?.
Tet…tet … Waktunya istirahat. Kaca yang basah
telah kering, hawa panas membakar ruangan. Gelas air cukup ditaruh di bawah
pancoran berwarna biru. Segera setelah ditekan pancoran itu air dingin keluar. Despenser
mengingatkan pada Ust. Nu’man tentang kejadian ketika di Lab. Fisika. Yaitu
Termostat yang tersentuh oleh teman. Karena alat ini lah pengatur suhu dalam
dispenser. Alat ini adalah alat yang dapat mengatur suhu, bila air sangat
panas, maka thermostat akan mati, tetapi jika suhu air dingin akan menyala.
Segarnya air memang tidak hany tergantung pada dinginnya air tersebut,
tetapi karena hauslah yang membuat air itu Nampak segar. Sambil menikmati air
tesebut, dating teman guru yang bernama Ustz. Istiqomah menghamiri. Ustadzh
Istiqomah kemudian mengaja ngobrol tentang pengalamannya ketika S2. Ustz.
Istiqomah lebih tua satu tahun dengan Ust. Nu’man.
“Ustaz. Kapan menikah?” Tanya Ustz. Iis.
“Belum ada clon Ustz. Apakah Ustzh. Punyya calon?” balik bertanya Ust.
Nukman
“Nanti ya, saya carikan” Saut Ustz. Iis. Ustz. Iis sudah
mempunayi suami, tetapi suaminya merantau di pulau Irian Jaya.
Ote-ote memang enak. Masakan desa ini membuat Ust. Nu’man harus
mengambil lagi dari meja depan yang disediakan untuk guru yang telah selesai
mengajar. Dan hanya disuguhkan pada waktu istirahat.
Tet… Tet… jam ke lima dimulai. Begitu lagi-lagi bel sekolah berbunyi.
Guru-gurupun segera melaksanakan tugasnya.
Bersambung
Comments
Post a Comment