Meski ini bukan hari ibu, tetapi
aku ingin menulis tentang ibu terutama ibuku. Karena aku bangga dengan ibuku.
Hari ini meski hari yang sedih buatku, tetapi hari ini aku tetap bahagia dengan
sikap ibuku. Meski hari ini aku sangat
sibuk sekali, tetapi aku ingin menyempatkan menulis tentang ibuku. Meskipun
pembaca tidak mau membaca status ini, tetapi aku tetap ingin para pembaca membaca
tulisan tentang ibukku.
Hari ini, ibunya ibukku alias
nenekku sakit. Sebenarnya sudah seminggu beliau sedang sakit. Beliau sudah
berumur hampir 90 tahun. Sakit karena
onderdil dari manusia pasti akan aus juga, termasuk nenekku. Onderdil yang dipaki selama 90 tahun
tentu sangat tua. Apasih di dunia ini yang tidak fana?, Tentu yang kekal hanya
Tuhan Yang Pencipta.
ö@2uqs?ur n?tã ÇcyÛø9$# Ï%©!$# w ßNqßJt ôxÎm7yur ¾ÍnÏôJpt¿2 4 4xÿ2ur ¾ÏmÎ/ É>qçRäÎ/ ¾ÍnÏ$t6Ïã #·Î7yz ÇÎÑÈ
Qs. Al Furqon ayat 58: dan
bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) yang tidak mati, dan
bertasbihlah dengan memuji-Nya. dan cukuplah Dia Maha mengetahui dosa-dosa
hamba-hamba-Nya.
4s+ö7tur çmô_ur y7În/u rè È@»n=pgø:$# ÏQ#tø.M}$#ur ÇËÐÈ
Qs. Ar Rohman ayat 27: dan tetap
kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.
Hampir seminggu nenekku sakit,
begitu juga ibukku hampir seminggu tidur di rumah nenekku. Kebetulan rumah
nenek dan rumahku berdampingan. Sehingga ketika malam beliau dapat tidur di rumah
atau tidur di rumah nenek. Meski dapat tidur di rumah, ibuku tetap tidur di
rumah nenekku. Bukan hanya urusan tidur malam hari, tetapi juga siang hari. Ketika ibukku menunggui nenekku,
ibuku jarang tidur. Bahkan beliau harus menyapu kulit nenek dengan air panas,
membuang kotoran, kencing, dan menanakkan bubur tiap pagi, sore dan juga malam.
Di tegal (kebon) tanaman sudah
pada menua. Hampir setahun beliau merawat kebon dan mengharap-harap panen ini.
Sementara nenek sudah sakit parah. Pilihan untuk memanen dengan merawat nenek,
tentu sangat berat. Apalagi para tengkulak yang biasa menghargai kacang kapri
itu tidak lagi ada. Karena di desa yang lain juga lagi panen. Di desaku yang panen sedikit sehingga,
pilihan para tengkulak masih memilih di desa-desa sebelah. Otomtis pilihan cuma
dua, memanen dengan tidak merawat nenek atau merawat nenek tetapi kacang akan
semakin menua. Meski pilihan ini dua, tetapi tanpa pikir panjang ibuku menganggap pilihan cuma satu yaitu
merawat nenek.
Aku tak tahu harus bilang apa
lagi. Yang ku tahu bahwa nenekku sakit, dan ibuku seolah anak yang tidak mau menyia-nyiakan
untuk menjadi anak yang berbakti pada ibunya. Apalagi ini adalah hari-hari
ibunya sangat perlu dengan anaknya.
Aku juga masih ingat ketika aku
dirawat di rumah sakit. Hampir satu bulan aku di rumah sakit, ibuku selalu
menemaniku. Belau tidak pulang, sama
sekali tidak pulang. Mulai dipukesmas sampai saya sembuh beliau tetap
disampingku. Aku cuma geleng-geleng kepala. Ibuku memang ibu idaman. Kalau ada
rekor muri. Ibuku harusnya sudah menerima penghargaan karena menunggu anaknya
tanpa putus (24 jam) selama sebulan. Sayangnya rekor muri cuma penghargaan di
dunia. Jadi ibuku tidak perlu rekor muri, penghargaan di akhirat jauh lebih
besar dari pada rekor muri.
Aku juga melihat tak henti-henti
belau bangun pada malam hari. Setiap aku bangun (meski tidak rutin) pasti belau
sudah bangun dengan rukuh putihnya. Bahkan setiap sore yang dipegang cuma
majemuk syarif. Tahu tho majmuk syarif? Ya majenmuk yang berisi surat-surat
populer seperti yasin, Ar-Rohman, Al Waqiah, Al Mulk, do’a-do’a dan seterusnya.
Yang aku pikirkan apakah aku
nanti bisa menjadi anak atau ayah yang sholeh (meski masih memikirkan sakit
nenek). Anak yang sholeh bagi kedua orang tuaku dan dia bisa berbakti. Sedangkan ayah yang sholeh kepada calon
anak-anakku nanti (masih belum pasti).
Comments
Post a Comment