Skip to main content

Posts

Ambarukmo plaza vs pasar tradisional

Recent posts

Pramex Jogja-Solo

Dari semalaman aku masih terjaga dari tidur, meskipun mata coba ku lelapkan tetapi tetap saja pikirang terngiyang-ngiyang "jangan sampai telah", itu terulang-ulang sampai lebih jam 00 dini hari. Dan pikiran itu berakhir dengan usaha untuk memejamkan mata selama sejam. Uh.... Akhirnya. Tit..tit... Tit... Berkali-kali alarm hp xiomi satu-satunya yang ku punya berbunyi membangunkan ku. Syukurlah aku segera bangun dan bergegas mencari HP mematikan dan melihat Jam, pukul 03.00. dengan keterpaksaan, aku keluar kamar dan mandi. Bukan aku tidak berani  karena tempat tinggal baruku di Jogja ini bersebelahan dengan kuburan, tetapi karena dinginnya air yang saat ini terasa sekali. Aku harus mandi dan mengejar kereta lokal Jogja-Solo, yang berangkat sangat pagi 05.49 wib. Ternyata benar, air itu menyejukkan selakigus membuatku kaku. Setelah ku matikan keran, ku keluar Kamar mandi. Ku tak sengaja merasa ada yang lewat. Aku penasaran ingin sekali men-cek apa itu. Cerita seram sem

On the Way: sby-jogja

"Jalan ku hempas dan ku sentuh dia..." Lantunan lagu itu mengetarkan gendang telingaku sepanjang jalan ini. Mengingatkanku tentang masa muda yang suka hura-hura, tanpa tanggungjawab berlebih, dan pergi ke sana kemari tanpa mikir. Ya itulah hidup, perubahan pasti ada. Sebagaimana  sore ini perjalanan ke Jogja. Ada yang beda memang: naik bus dari Lamongan ke surabaya, tapi hari ini aku bersepeda motor. Biasanya aku naik bus Mira atau Sugeng, tetapi kini ku naik Mandala. Biasanya aku melihat hutan di Nganjuk sampai Ngawi, tapi ku sekarang lihat tol mulus tak bergelombang. Meskipun berbeda, namun aku masih tidak begitu tertarik. Mungkin syukur yang kurang, yang membuat ini  Musik itu kini telah berubah, lagu Krisye, ".. kejarlah keinginanmu selagi ada waktu... " aku masih saja menikmatinya, namun mengapa hati ini masih saja bergetar penuh gelisah, bukan karena bus yang dari tadi menggoyang-goyang diriku,bukan juga karena aku sakit. Munkim karena masih ada y

Kopi dan Pasar

Sinar matahari tidak terlalu terlihat. Nyamuk-nyamuk kecil masih berseliweran di mata. Rambutku masih acak-acakan, maklum belum mandi. Dinginnya embun kemarau kering menyelemuti tubuh. Sementara motor bebekku masih saja berlari melawannya. Dibelakang ku ada ibuku yang akan ke pasar. Terjalnya jalan desa masih seperti biasanya, belum ada perubahan. Aku kini mengantarkan ibukku belanja seperti biasanya di pasar pahing Sedayu. Aku sangat jarang melakukan ini, ngopi di pagi hari di pasar. Kopi setengah pahit itu ternyata enak juga, menyegarkan pikiran yang lagi suntuk dengan urusan uang dan uang. Memang dunia isinya apa cuma itu-itu saja, padahal masih ada urusan yang mulia, namun saya dan orang disekelilingku masih saja itu yang paling utama. Oh, tak tahulah, aku coba untuk merubahnya tetapi masih saja itu menghampiri disetiap urusan. Kopi telah ku pesan, sambil menunggu ibukku belanja. Rasa pahitnya membuka mata, menembus syaraf-syaraf otakku. Aku pun larut dengan pembicaraa

Membalik Rezeki

Dia ntara terjalnya gundukan tanah itu ada seorang wanita tua yang perkasa. Meski terik matahari membakar kulitnya, dia masih bertahan dengan topi bundarnya. Dia membawa tuas kecil yang sangat kuat. Senjata yang ia gunakan untuk mencongkel tanah yang sudah bercelah besar. Satu persatu congkelan gundukan dia lakukan untuk membalik tanah supaya subur. Tubuh kurusnya telah berkeringat deras. Syukur, ada alat itu yang setia membantunya. Alat itu memang sakti, coba tanpa tuas itu? Apakah dia akan menggunakan tangan kasarnya? Iya, alat itu namanya "linggis". Pesawat sederhana kecil yang aku dulu pernah pelajari di bangku SMP. Meskipun demikian, upayanya tidak sia-sia. Hampir satu lahan hampir rata dia congkel dengan upaya keras. Hampir 15 hari dia telah lakukan ini. Demi upaya membalik rejeki yang mungkin dia akan nikmati di kemudian hari, meski hanya ratusan ribu, tetapi rasa syukur tetap menjadi pilihan nomor satu. Karena, dengan cara itu dia telah menghidupiku. Teri

Pengalaman di Jogya

Saya masih mengingat betul bahwa saya tidak sama sekali berniat untuk tinggal di Jogja. Aku di Jogja memang sangat kebetualan, bagaimana tidak ketika itu ada teman yang ingin mendaftar beasiswa. Teman saya ingin mendaftar ke Jakarta, namun dia ingin ada teman ketika mengurus administrasi pendaftaran. Akhirnya teman saya itu meminta aku untuk mendampinginya dalam mengurus administrasi tersebut. Pada awalnya saya tidak tertarik, wong berpikir untuk ikut mendaftar juga tidak.  Aku hanya memikirkan urusanku. Pada waktu itu saya hanyalah soerang pengajar di Surabaya yang setiap harinya hanya menjadi seorang guru. Pagi berangkat mengajar, sore pun saya mengajar, bahkan malam aku juga mengajar. Bagaimanapun, hidupku dulu dipenuhi dengan anak-anak baik anak SMP, SMA, bahkan juga mahasiswa. Namun nasip tidak dapat diduga, saya sekarang berlabu di Jogja, dimana disini sekarang aku hanya melamun dan memikirkan kapan aku harus kembali ke Surabaya. 

Pembelajaran Fisika dengan Software Pembelajaran Terbaru

Belajar fisika akan sangat membosankan bila hanya menampilkan rumus-rumus saja. Perlu bagi seorang guru fisika berinovasi, supaya belajar fisika lebih menyenangkan. Banyak metode dan media pembelajaran yang menarik dapat digunakan salah satunya adalah Lectora Inspring 7.  Software ini sangat menarik dan mudah digunakan. Tampilan menarik dapat dilihat dari vitur yang disediakan, fitur tersebut berupa tampilan seperti web yang dapat menghubungkan antar slide dengan menu, fitur tentang quizz untuk membuat soal, fitur animasi, fitur karakter, dan masih banyak yang lain. Keunggulan yang lain adalah hasil yang kita desain dapat diuploud ke dalam Moodle atau LMS yang menyediakan Scroom. Lektora sangat mudah digunakan seperti mendesain PowerPoint, karena tampilannya dalam slide.  Untuk mendapatkan shofwere nya anda dapat medownload link di bawah ini.  Klik di sini