Hayo tebak, kereta
tak berkuda apa namanya? Banyak memang, tetapi menurut lagu anak-anak yang
pernah saya dengar adalah becak.Iya, hari ini aku naik becak. tetapi bukan mau
tamasya. bukan juga berkeliling keliling kota, tetapi keliling desa. bukan
untuk melihat-lihat keramaian yang ada, tetapi mau pergi ke sekolah. maka saya
saya panggilkan becak yang kebetulan adalah Ayahku sendiri yang punya.
Aku ingat dengan
dosenku, namanya Prof. Suparman, M.Sc. Dia orangnya besahaja. Dia pergi ke
kampus tidak pakai mobil, tetapi naik angkot kemudian dia naik becak. Aku
sering memergoki beliau menunggu angkot kemudian naik becak.Nampak beliau
sangat menikmatibecak yang ia tumpangi. Aku ingin seperti beliau, bersahaja,
sederhana, tidak pamerdenagn gelimpangan harta. Atau sombong dengan rentetan
gelar yang ia sandang.
Kembali ke naik
becak. Aku naik becak bersama dengan ibuku. Yang mengayuh bapakku. Diperjalanan
kami semuanya sesekali bercanda, iya sih kadang-kadang ibuku ngomongin orang
desa. Dasar memang perempuan, dimana-mana sama, tetapi dengan ngomongin itu aku
mengerti kondisi desa sekarang bagaimana. Karena saya jarang pulang,maka update
berita tentang desa memang sering dari ibuku.
Seperti berita
tentang keponakanku yang minggat dari rumah telah kembali. Seperti yang mau
menikah ini adalah misanan (adeknya kakak ipar). Dan banyak hal lain yang
diceritakan ibuku. Aku tahu, ibuku lagi memberikan pelajaran kepadaku tentang
masyarakat itu harusnya bagaimana.
Di tengah perjalanan, aku potreti semua pemandangan.Hijaunya rerumput, birunya tambak,suara burung-burung bangau. Kebetulan potret yang kupinjam setelah wisuda kemarin belum kukembalikan. Banyak burung-burung bangau menjadi bidikan kamera itu. Memang hasilnya tidak maksimal karena memotretnya sambil melaju dalam becak.
Di tengah perjalanan, aku potreti semua pemandangan.Hijaunya rerumput, birunya tambak,suara burung-burung bangau. Kebetulan potret yang kupinjam setelah wisuda kemarin belum kukembalikan. Banyak burung-burung bangau menjadi bidikan kamera itu. Memang hasilnya tidak maksimal karena memotretnya sambil melaju dalam becak.
Becak ini adalah
becak orang tuaku, sudah berumur lebih dari hidupku(27 th). Becak inilah yang
menghidupiaku dan keluargaku. Saya sangat menghargai becak. Meski di kota-kota
besar orang yang becak biasanya sangat kasar, mengganggu lalulintas, membuat pemandangan
kota menjadi kumuh. Tetapi jangan salahkan mereka,
kondisipendidikandan keterbatasan dana,sehingga mereka melakukan itu. Sebenarnya
bagaimana pengaturan pemerintang tentang becak yang harus disalahkan. Siapa sih
yang mau menjadi tukang becak, kalau ada kesembapatan yang lebih baik?.
Saya tidak mau memuji bapakku, tetapi bapakku memang orang yang ulet, bahkan dia adalah muadin masjid. Kejujurannya, bahkan dia pernah berkata: saya akan kerjakan selagi mampu, saja akan tuntaskan tanggung jawabku, saya tidak akan meminjam uang atau apapun. dan terbukti sampai sekarang beliau anti dengan hutang.
Semoga belau selalu sehat, dengan becak yang memang membuat dia selau olah raga,selain mencari nafkah untuk keluarga. Belau berumur 64 lebih sehinggamenarik becak tidak lagi seperti dulu.Sekarang beliau lebih santai menikmati hari tuanya. Semoga saya bisa membahagiakan mereka berdua. Aminn...
Comments
Post a Comment