Gembira, sedih, atau diam? Seseorang bisa saja menyambut ramadhan dengan gembira karena Ramadhan adalah bulan seribu berkah. Semua amal berkali-kali dilipatkan. Satu menjadi seribu, dua menjadi dua ribu, dst tertama pada malam lailatul qodar. Tentu siapa tidak gembira menyambut bulan seribu berkah ini.
Ada juga yang bergembira menyambut bulan ramadhan karena dagangannya akan laris pada bulan ini. Sah-sah saja mengharapkan bulan ramadhan segera datang dengan bergembira karena dagangannya laris tetapi coba disiasati bahwa larisnya karena bulan ramadhan adalah bulan berkah, jadi karena bulan ramadhannya bukan karena larisnya.
Menyambut ramadhan dengan sedih, bisa? salah satu contoh SMS yang masuk ke HP sangat banyak. Hampir semuanya meminta ma'af. Ini membuktikan bahwa teman atau kerabat ingin membebaskan diri dosa adami (dosa dengan sesama). Tentu sedih melihat bahwa diri ini masih banyak dosa adami sementara Allah tidak mengampuni dosa sesama manusia selama manusia yang punya salah tidak meminta maaf. Maka cara satu-satunya untuk membersihkan diri sebelum masuk romadhan adalah dengan meminta ma'af.
Pemandangan yang paling banyak ketika mendekati malam pertama bulan ramadhan adalah ziarah ke kuburan. Jangan katakan bid'ah, karena ziarah jelas-jelas dibolehkan. Beberapa cara untuk meminta ma'af atas dosa adami yang telah meninggal yaitu mendoakannya dan memberi shodaqoh atas namanya. Mereka melakukan itu dengan harapan ahli kubur dapat di ampuni dosanya begitu juga yang mendoakan agar diiklaskan ahli kubur atas dosa-dosa yang bersangkutan dengan nya.
Meski perdebatan tentang apakah diterima do'a-do'a yang ditujukan pada si ahli kubur, saya lebih condong wilayah usaha. Usaha kita dengan mendoakan sebanyak-banyaknya kepada ahli kubur, mengenai diteri dan tidaknya itu adalah hak prerogratif Allah SWT. Apa lagi sangat sangat jelas bahwa do'a anak yang sholeh disebutkan oleh rasullullah SAW, selain amal jariyah dan ilmu yang manfaat.
Memberikan shodaqoh kepada fakir miskin, tentu adalah baik. bagaimana kalau memberikan shodaqoh atas nama ahli kubur diterima atau tidak? hal itu sama halnya dengan do'a. Wilaya diterima atau tidaknya terserah Allah SWT, yang terpenting kita telah berusaha.
Selain sedih karena ingat dosa adami, seseorang bisa saja sedih karena pendapatannya akan menurun karena bulan ramadhan, atau karena payahnya mengerjakan puasa. Tentu kita berdoa semoga bukan kita yang mempunyai sikap seperti ini.
Sikap diam menyambut ramadhon apakah baik? pertanyaan ini menibulkan pertanyaan lagi. Apakah diamnya karena dia menganggap bahwa bulan Ramadhon sama saja dengan bulan yang lainnya atau karena bingung antara gembira dan sedih? *)
Ada juga yang bergembira menyambut bulan ramadhan karena dagangannya akan laris pada bulan ini. Sah-sah saja mengharapkan bulan ramadhan segera datang dengan bergembira karena dagangannya laris tetapi coba disiasati bahwa larisnya karena bulan ramadhan adalah bulan berkah, jadi karena bulan ramadhannya bukan karena larisnya.
Menyambut ramadhan dengan sedih, bisa? salah satu contoh SMS yang masuk ke HP sangat banyak. Hampir semuanya meminta ma'af. Ini membuktikan bahwa teman atau kerabat ingin membebaskan diri dosa adami (dosa dengan sesama). Tentu sedih melihat bahwa diri ini masih banyak dosa adami sementara Allah tidak mengampuni dosa sesama manusia selama manusia yang punya salah tidak meminta maaf. Maka cara satu-satunya untuk membersihkan diri sebelum masuk romadhan adalah dengan meminta ma'af.
Pemandangan yang paling banyak ketika mendekati malam pertama bulan ramadhan adalah ziarah ke kuburan. Jangan katakan bid'ah, karena ziarah jelas-jelas dibolehkan. Beberapa cara untuk meminta ma'af atas dosa adami yang telah meninggal yaitu mendoakannya dan memberi shodaqoh atas namanya. Mereka melakukan itu dengan harapan ahli kubur dapat di ampuni dosanya begitu juga yang mendoakan agar diiklaskan ahli kubur atas dosa-dosa yang bersangkutan dengan nya.
Meski perdebatan tentang apakah diterima do'a-do'a yang ditujukan pada si ahli kubur, saya lebih condong wilayah usaha. Usaha kita dengan mendoakan sebanyak-banyaknya kepada ahli kubur, mengenai diteri dan tidaknya itu adalah hak prerogratif Allah SWT. Apa lagi sangat sangat jelas bahwa do'a anak yang sholeh disebutkan oleh rasullullah SAW, selain amal jariyah dan ilmu yang manfaat.
Memberikan shodaqoh kepada fakir miskin, tentu adalah baik. bagaimana kalau memberikan shodaqoh atas nama ahli kubur diterima atau tidak? hal itu sama halnya dengan do'a. Wilaya diterima atau tidaknya terserah Allah SWT, yang terpenting kita telah berusaha.
Selain sedih karena ingat dosa adami, seseorang bisa saja sedih karena pendapatannya akan menurun karena bulan ramadhan, atau karena payahnya mengerjakan puasa. Tentu kita berdoa semoga bukan kita yang mempunyai sikap seperti ini.
Sikap diam menyambut ramadhon apakah baik? pertanyaan ini menibulkan pertanyaan lagi. Apakah diamnya karena dia menganggap bahwa bulan Ramadhon sama saja dengan bulan yang lainnya atau karena bingung antara gembira dan sedih? *)
Comments
Post a Comment