Seruput kopi
menambah kesegaran setelah sedikit kantuk tak diundang datang di angkringan
warkop. Wajah segar sepeti blewah kuning yang sudah dikupas menambah kesegaran
dingin malam. Senyumnya memang tidak sesuai dengan hatinya. Meski dia berbicara
dengan tersenyum tetapi pertanyaanku meledak seperti balon yang kebanjiran
udara. Kenapa dia masih tersenyum walaupun paku-paku sudah ditancapkan satu-persatu?
Lalu siapa yang salah, dia memang tidak berdaya? Aku juga tidak bisa menyalahkan
istrinya berbuat seperti itu? Tetapi apakah harus, untuk menuntut sesuatu
sembunyi-sembunyi menebar racun pada luka yang masih basah?
“Mas, tambah lagi kopinya?”
Ucapku. “Enggak Nas udah” kata Udin temanku. “Jangan mas, nanti senyumnya jadi hitam” cegahku ketika dia
mulai ke tiga kali menyulut bom penyakit yang katanya menyebabkan impotensi,
kangker, gangguan janin dan bla-bla-bla. Dengan senyum sedikit, dia masih saja
bandel seperti dulu ketika ia mengajar di satu instansi di suatu sekolah.
Cerobnong asappun mengpul lagi, seakan dia akan kehabisan bahan bakar kalau
cerobong itu berhenti. Akupun menyadari beban berton-ton telah ia bawa.
“Mas sudah melamar di mana saja?”
aku lagi-lagi yang mulai menodong pertanyaan. “Hampir setiap lowongan itu sudah
kumasuki, bahka aku juga sudah pergi ke kalimantan untuk memenuhi panggilan
inteview tetapi hasinya sepeti membuang uang sambil naik turun tangga” keluh
kesah bapak yang sekarang sudah mau tiga anaknya. Satu anaknya mempunyai disablelitas
tuna rungu, sehingga harus sekolah di SMP 33 SLB. Satu anaknya lagi sekarang
mau masuk usia TK dan satu lagi sudah lima bulan dikandungan istrinya.
Aku sadar keperluannya bukan
hanya pendidikan anak tetapi juga cicilan rumah di Juanda memang tidak sedikit
jumlahnya. “Mas, sabar ya!” redamku untuk menghentikan getaran hati sementara. “Sebenarnya
kalau hanya beaya anak dan cicilan itu aku bisa saja mengolornya dengan
berhutang sambil menunggu aku dapat pekerjaan, tetapi istriku kini telah
selingkuh!” Wajah yang segar tadinya, kini mulai mengeriput seperti kangkung
segar dimasukkan air mendidih 100 derajad. “Lho, bentar mas, jangan menuduh
kalau atidak ada bukti, meski itu istri sendiri” bilangku untuk mengetahui
sebatasman dia tahu perselingkuhan istrinya yang dituduh-tuduh.
“Gini Nas, aku sering memeriksa
HP istri saya, aku menemukan sms dari kepala sekola dengan nada yang tidak
wajar. Aku juga pernah menelpon istri saya, dik lagi dimana? Katanya di SMP 22
untuk rapat, tetapi ketika saya mengecek kebenarannya semuanya itu bulsit. Saya
sudah tanya kepalanya SMP 22 katanya tidak ada rapat” Cerita teman ku menggebu
tentang istrinya yang sekarang jadi waka kurikulum di sekolah swasta.
“Trus, apa yang kamu lakukan?” “Aku
tidak tahu!, aku bingung”
“Nas, kamu jangan sampai
mendapatkan istri yang sukanya menuntut hak” katanya. “Wes tah Nas, jangan
mendapatkan istri dari kota, rata-rata kayak gitu.” bilangnya lagi.
“Jika suami lagi susah, mereka meremehkan.
Jika suami sedang mapan, mereka ingin menghabiskan”. Aku manggut-manggut sepeti
burung kakak tua yang sedang hinggap di cendela. “Mas pokoknya gak boleh diremehkan,
ayo semangat. Ini ujian, saya yakin ini ujian. Kalu mas bisa melewati ujian
ini, mas benar-benar orang yang mulia” bilangku bersemangat. “Trus, jangan
memulai pertengkaran dengan istri, gunakan jurus playboy. Seperti katamu dulu
bahwa kamu pintar bermain!”
Kalaupun itu benar, aku tidak
bisa menyalahkan istrinya yang sekarang tulang punggung keluarga. Memang sih
istrinya salah. Tetapi itukan pilihannya dulu.
Mungkin tindakan si istri adalah
buntut dari kekecewaan laki-laki.
Memang temanku ini dulu anak
orang kaya. Tetapi setelah bapaknya kena penyakit yang sampai-sampai
menghabiskan 3 mobil untuk berobat dan meninggal dunia, mulailah kehidupan yang
kaya ini mulai sempoyongan. Rumah dijual. Dia mendapatkan uang waisan yang
digunakan DP membeli rumah di Juanda itu. Sementara pekerjaan sabagai guru
telah berahir. Dia dipecat karena adanya miskomukasi dengan manajemen sekolah.
Nah istri yang dinikahinya ini
adalah seorang primadona di kampus pas dia dalam keadaan kaya. Setelah
ganti-ganti wanita, dia lebih memilih primadona ini untuk dinikahi. Nah
sekarang giliran dia tidak punya pekerjaan. Sang primadona meremehkannya,
bahkan berani berselingkuh.
Secara logika, kalau dia sudah
berani memilih, pantang untuk menolak apalagi menghinanya. Meski istrinya
sekarang selingkuh, itu pilihannya dulu.
Aku hanya dapat berdoa. Semoga ujian
temanku ini cepat berahir. Istrinya dapat sabar menunggu sang suami mendapat
pekerjaan. Dan semuanya akan baik-baik saja. Tidak ada perceraian dan mereka
menjadi rumah tangga sakinah, mawadah, wa rohmah. Aminnnn
Comments
Post a Comment